Minggu, 21 November 2010

Sekali Waktu di Pantai Rembang di Pagi Hari

Adzan subuh berkumandang, aku terbangun, melihat jam. Masih jam empat ternyata, wah, masih teramat pagi, dan mata ini tidak mau kompromi, tanpa sadar aku terlelap lagi.
Sesaat kemudian, sudah terang berendang diluar, sinar mentari mulai menerobos celah-celah jendela,
Ibu membangunkanku: “sudah jam lima lewat”, waaa, aku segera meloncat bergegas mengambil wudhu dan sembahyang.
***
Pagi yang sungguh cerah, dan ternyata aku ada janji dengan kawan lama, seorang wanita. Kami sepakat untuk bertemu di dermaga.
Dengan langkah tergesa aku berjalan meyusuri kampung nelayan, dengan bau amis ikan di sepanjang jalan. Dan akhirnya dermaga tampak di depan, seketika pemandangan pantai di utara dan gunung di timur menyambutku. Dengan ombak yang tenang dan angin laut berhembus pelan.
“Kau terlambat” sapanya menyambutku.
“maafkan aku, aku tak biasa bangun pagi. Mm, maksudku kalau hari libur aku tidak bisa bangun pagi” jawabku
“ya, aku mengerti,, baiklah, kau sudah berusaha” jawabnya sambil tersenyum.
Dia seumuran denganku, kuning langsat, mata bulat, hidung ala kadarnya, dulu tubuhnya kecil mungil, namun sekarang dia telah tumbuh menjadi wanita dewasa dengan senyum yang menggoda. Dan jadilah ia bunga kampung nelayan di sepenggal pantai pesisir kabupaten Rembang.
“lama tak jumpa, bagaimana kabarmu? Tanyaku sambil duduk disebelahnya ditepian dermaga.
“seperti yg kau lihat, tak kurang suatu apa, lalu bagaimana denganmu, kau lama tak pulang”?
“yah, memang sudah lama aku tak pulang. Banyak yang berubah disini” jawabku
Dia tertawa, kemudian berkata “apa yang berubah?, pantai ini masih seperti yang dulu,,, hiruk pikuk nelayan mungkin?, yah memang sekarang sudah dibangun tempat pelelangan ikan dan juga pelabuhan untuk kapal nelayan… kau mungkin baru tahu , tapi ombak, hembusan angin, bau amis ikan, masih seperti dulu, bukan?”
“Tentu, suasananya masih seperti dulu. Lima tahun yang lalu. Terakhir kali aku menginjakkan kaki di kota ini tuk menggapai mimpi. Tapi dirimu telah berubah?”
“Apa maksudmu?”
“Kau tumbuh jadi gadis yang cantik”
“Kau pandai merayu sekarang, Jakarta sepertinya telah bnyak merubahmu” jawabnya sambil tersipu
“aku hanya bicara yang sebenarnya”
Setelah itu kami terdiam tak bicara,,, lama hingga ku mulai bertanya.
“jadi kau sering kesini, ke dermaga?”
“ bisa dibilang begitu, aku suka dengan deru ombak dan bisik angin, melihat perahu-perahu yang berangkat subuh dan pulang disiang atau sore hari, berlabuh di dermaga, menurunkan ikan tangkapan dan menunggu hingga besok kantor lelang buka.” jawabnya
***
Matahari semakin meninggi, semakin terik, dan kami bicara tentang apa saja.
Kemudian kuputuskan untuk mengantarnya pulang.
Dan tidak diketahuinya, diantara derai ombak abadi suling angin dan datang-perginya perahu, seseorang telah mencatatnya dalam hatinya..
***
Lain waktu aku mengajaknya lagi ke dermaga,,, tanpa diduga, dengan halus dia menolaknya.
Hancur hatiku.. huhuhuhu


Rembang, 22 November 2010
Pamelih Wongsoatmojo